Minggu, 05 September 2010

Perilaku seks bebas remaja dalam kaitannya dengan nilai cintai kasih dan tanggung jawab

Masa remaja merupakan masa-masa indah dimana para remaja bebas mengekspresikan diri mereka dalam upaya pencarian jati diri. Namun masa remaja juga merupakan masa yang rentan khususnya ditengah dunia yang saat ini sudah semakin meng’global’. Mengapa demikian? Karena dengan begitu, para remaja akan semakin bebas dalam bergaul dan secara perlahan dapat mengakibatkan para remaja melupakan norma dan aturan yang terdapat dalam masyarakat. Melihat realita kehidupan remaja saat ini, ternyata sejumlah persoalan telah menghadang dihadapan kita. Salah satunya mengenai perilaku seks bebas remaja yang saat ini cenderung sudah menjadi hal yang tidak tabu lagi dikalangan masyarakat umum.
Perilaku seks bebas khususnya yang terjadi dikalangan remaja terjadi karena beberapa faktor, diantaranya karena kondisi mereka yang  sedang dalam pencarian jati diri, sehingga mereka terdorong untuk mencoba segala sesuatunya yang menurut mereka merupakan suatu hal yang baru. Selain itu seks bebas yang terjadi ‘yang katanya’ juga dilatarbelakangi sebagai salah satu pembuktian rasa cinta kasih kepada pasangannya. Ini terbukti dalam buku Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan yang ditulis oleh Salim A. Fillah, yang secara cerdas menyingkap bahwa sebenarnya para ‘penipu’ menggunakan kata cinta untuk mewakili nafsu keji yang mereka selimutkan sepanjang proses pendahuluan (perkenalan) sampai zina yang disebut sebagai pembuktian cinta. Jadi sudahlah jelas bahwa perilaku seks bebas remaja yang selama ini seringkali mengatasnamakan rasa cinta kasih, sangatlah tidak benar. Terlebih lagi jika kita merujuk pada pengertian atau apa yang dimaksud dengan kata-kata ‘cinta kasih’ itu sendiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, Balai Pustaka 1996), cinta dalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada) atau rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan kasih itu hampir sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa cinta. Tetapi jika kita kaitkan dengan perilaku seks bebas remaja yang sering kali mengatasnamakan cinta, maka ini menjadi hal yang kontradiktif. Cinta dan kasih merupakan dua hal yang mempunyai makna suci. Sedangkan seks bebas bukan implementasi dari kedua kata tersebut. Jadi sangatlah tepat, jika dikatakan bahwa seks bebas merupakan pelampiasan nafsu belaka.
Dalam makna yang lebih luas lagi, kata-kata cinta kasih sering kali mengandung nilai-nilai kemanusiaan, seperti tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan suatu keharusan untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh suatu persoalan yang sudah atau akan terjadi. Selain itu, tanggung jawab juga mempunyai beberapa pengertian, salah satunya adalah, tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah lakunya atau perbuatannya, berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya 1). Kalimat “Berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya”, mengandung arti bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan dan makhluk sosial haruslah menjalani kewajbannya, dalam hal ini berupa menjalani perintah Tuhan dan mematuhi norma masyarakat yang berlaku. Dalam kaitannya dengan seks bebas, cukuplah jelas bahwa seks bebas melanggar nilai-nilai atau ketentuan tersebut (dalam konteks ini tanggung jawab).
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa para remaja yang terjebak dalam seks bebas sebenarnya belum memahami secara pasti makna dari kata cinta kasih, sehingga seringkali mereka mengatasnamakan kata-kata tersebut untuk melampiaskan nafsu mereka dikarenakan seks merupakan suatu hal yang baru menurut mereka, sehingga mereka tergiur untuk mencobanya. Selain itu mereka juga belum cukup memahami nilai tanggung jawab seorang manusia sebagai makhluk Tuhan dan makhluk sosial yang hidup ditengah masyarakat yang kehidupannya diatur dalam norma-norma.  Dari hal ini dapat pula ditarik kesimpulan bahwa kekurangpahaman mereka mengenai perilaku seks bebas, lebih dikarenakan kurangnya pendidikan seks yang mereka dapatkan baik di sekolah, keluarga maupun di masyarakat. Sehingga saya berharap sekali bahwa pendidikan seks di Indonesia dapat lebih disosialisasikan agar tidak banyak lagi para remaja yang terjebak dalam perilaku seks bebas, walaupun keadaan dunia saat ini sudah sangat meng’global’.

1) Dikutip dari buku Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi Universitas Indonesia-Buku Ajar II, Cetakan kedua, Agustus 2010, hlm. 61.

1 komentar: